Tentang Kesia-siaan
Pengharapan kepada manusia itu sia-sia
Hidup di dunia ini kesia-siaan belaka. Apa yang ada di sekitar kita, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan, itu semua kesia-siaan. Pada waktunya, semuanya itu akan lenyap dan tidak berarti apa-apa.
Secangkir kopi di pagi hari pun merupakan kesia-siaan. Kita dapat melihat, membaui, tapi tak lama kemudian semuanya itu lenyap. Tidak ada yang abadi di bawah matahari.
Bahkan tubuh kita pun akan membusuk di tanah. Manusia bekerja, belajar, bersosialisasi, pada akhirnya pun semuanya musnah.
Mau kita sampai menangis dan mengucurkan darah demi seseorang, tapi semuanya tetap akan sia-sia belaka karena kita tetap akan kehilangan pada saatnya nanti.
Untuk apa ada kesombongan? Untuk apa rasa bangga? Untuk apa kesedihan? Untuk apa tertawa?
Semuanya itu fana. Hilang lenyap bagai uap.....
Maka dari itu, pengharapan kepada manusia itupun sia-sia belaka karena manusia itu sendiripun makhluk tiada abadi. Siapa lagi pengharapan kita kalau bukan ke pencipta kita yang abadi.
Karena mahkluk fana ini hanyalah debu tanah dan hanya Pencipta Abadi lah yang mampu menolong makhluk fana ini sehingga dapat keluar dari jerat kesia-siaan suatu saat nanti.
Pengkotbah 1 : 14 “Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.”
Hidup di dunia ini kesia-siaan belaka. Apa yang ada di sekitar kita, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan, itu semua kesia-siaan. Pada waktunya, semuanya itu akan lenyap dan tidak berarti apa-apa.
Secangkir kopi di pagi hari pun merupakan kesia-siaan. Kita dapat melihat, membaui, tapi tak lama kemudian semuanya itu lenyap. Tidak ada yang abadi di bawah matahari.
Bahkan tubuh kita pun akan membusuk di tanah. Manusia bekerja, belajar, bersosialisasi, pada akhirnya pun semuanya musnah.
Mau kita sampai menangis dan mengucurkan darah demi seseorang, tapi semuanya tetap akan sia-sia belaka karena kita tetap akan kehilangan pada saatnya nanti.
Untuk apa ada kesombongan? Untuk apa rasa bangga? Untuk apa kesedihan? Untuk apa tertawa?
Semuanya itu fana. Hilang lenyap bagai uap.....
Maka dari itu, pengharapan kepada manusia itupun sia-sia belaka karena manusia itu sendiripun makhluk tiada abadi. Siapa lagi pengharapan kita kalau bukan ke pencipta kita yang abadi.
Karena mahkluk fana ini hanyalah debu tanah dan hanya Pencipta Abadi lah yang mampu menolong makhluk fana ini sehingga dapat keluar dari jerat kesia-siaan suatu saat nanti.
Pengkotbah 1 : 14 “Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.”
Komentar